Usianya hampir mendekati satu abad untuk sang kakek.
Dia bernama Salimin, usia 94 tahun.
Istrinya Ocih, 70 tahun.
Keduanya warga Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Mereka sementara harus hijrah ratusan kilometer ke Jalan Surapati, Bandung, Jawa Barat.
Mereka memanfaatkan "momentum" jelang HUT ke-72 Kemerdekaan RI.
Dengan berjualan bendera Merah Putih, termasuk "umbul-umbul" merah putih untuk momen 17 Agustus 2017.
![]() |
Ilustrasi |
Tanpa disangka ada yang memborong.
Terima puluhan juta, bendera dan lainnya habis.
"Alhamdullilah ini rejeki Emak sama Abah dari Allah. Hatur nuwun (terima kasih)," aku Ocih sambil mengusap wajahnya sebagaimana diberitakan detik.com (28/7/2017).
Yang memborong itu adalah Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi.
Alasannya, karena merasa kasihan terhadap mereka.
Sudah tua tapi masih bekerja.
Kasihan capek.
Jadi diborong semua, biar mereka bisa istirahat.
Kepala daerah itu dalam memborong bendera mengutus stafnya.
"Tadi Pak Bupati menugasi saya untuk menemui Pak Salimin dan Bu Ocih. Pak Bupati pun memborong semua bendera yang dijual kedua lansia itu, totalnya Rp 12 juta-an," kata Laman, utusan Bupati sebagaimana diberitakan di tribunjabar.com.
Adanya aksi borong bendera itu diharapkan membuat dua lansia bisa pulang dan hidup tenang di kampung halamannya.
Orang nomor satu di Purwakarta itu ingin agar keduanya dengan uang itu bisa beternak.
Untuk dibelikan kambing.
Kalau kambingnya beranak pinak, bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Selain mereka, ada nenek usia senja yang berjualan bendera.
Dia adalah nenek Ponikem, berusia 77 tahun, yang berjualan bendera di Jalan Mayjen Suryotomo, Yogyakarta pada tahun 2015.
Dengan kakinya sedikit pincang, sisa kecelakaan motor pada 2012.
"Saya ndak mau ngerepoti anak-anak saya, cucu-cucu saya, cicit-ciciy saya. Saya masih bisa hidup sendiri," katanya saat itu sebagaimana diberitakan tribunnews.com (15/8/2015).
Meski berjualan, ia tidak lupa untuk menjalankan kewajibannya sebagai umat Islam.
Warga asal Wonosari, Gunung Kidul yang sempat berpindah ke Jalan Ledok, Ratmakan, Yogyakatya juga membuka kios rokok.
Untuk jualan bendera dimulai pukul 8 pagi sampai magrib. Setelah itu, ia salat magrib dan isyak.
Bukan istirahat yang ia pilih.
Tapi berjualan rokok sampai pukul 02.00 dini hari.
Ia berjualan bendera sudah sejak tahun 1986.
"Saya minta kesehatan dan kekuatan saja sama Gusti Allah, kalau tidak sehat dan tidak kuat, saya ndak bisa cari makan dan dak bisa ngasih ke cicit-cicit saya kalau main ke rumah," tuturnya.
Suami Ponikem memang sudah meninggal tahun 2009. Ia pilih bersendiri. (nyimawar)