Jumat, 28 Juli 2017

Ini Rahasia Para Tukang Becak untuk Bisa Berhaji

Ini Rahasia Para Tukang Becak untuk Bisa Berhaji

nyimawar.blogspot.com - IKHTIAR, menabung dan berdoa menjadi tiga kata kunci mbah Maksum yang tahun ini naik haji.

Usianya 79 tahun.

Ia adalah tukang becak.
Ilustrasi
Yang mulai mengayuh membawa penumpah di tahun 1996.

Warga Bangkalan, Madura ini tiap hari menyisihkan Rp 20 ribu untuk ditabung.

Ia tidak teringat kapan waktu mulai mengumpulkan uang itu.

Yang jelas sudah lama sekali.

Itu tidak lain untuk berhaji.

Dari uang sejumlah tersebut, bila telah mencapai Rp 500 ribu maka baru ditabung di bank.

Baru sudah dapat Rp 20 juta, ia buka rekening haji.

"Rukun iman ada enam. Nomor satu, percaya pada Allah. Saya percaya jika Allah menghendaki, semua pasti akan terjadi. Jadi saya ikhtiar, menabung dan berdoa," akunya sebagaimana diberitakan tribunnews.com (27/7/2017).

Pria yang berpenampilan sederhana itu, selalu berdoa meminta rezeki halal yang banyak.

Waktu setiap ada kesempatan beribadah, termasuk usai salat lima waktu.

Ia pun saat di Mekkah nanti tidak mempersiapkan doa khusus.

Intinya doa "sapu jaga".

Minta keselamatan di dunia dan akhirat.

Dari keterangan tetangganya, mbah Maksum suka beramal.

"Misalnya ada perbaikan mushala beliau ikut nyumbang semen," kata Indah, 47 tahun.

Dan juga rajin beribadah.

Ia kerap kali menjadi imam salat di Mushala Al Firdaus, di kampungnya.

Selain mbah Maksum, Ngadiman, si tukang becak yang mangkal di depan Pasar Cawas, Klaten, Jawa Tengah.

Kegigihan pria berusia 63 tahun ini membawa hasil.

Hasil untuk menunaikan ibadah, menjalankan rukun Islam kelima.

Ia berprinsip, bahwa harta di dunia tidak dibawa mati.

Dia baru bisa naik haji setelah menabung antara 6 - 7 tahun hasil mengayuh becak.

"Alhamdulillah saya dapat panggilan Allah (berhaji)," aku Ngadiman sebagaimana diberitakan liputan6.com (26/7/2017).

Ngadiman akan didampingi istrinya, Laminem, yang berprofesi sebagai buruh.

Sepasang suami istri ini akan berangkat pada kloter 33 pada 6 Agustus 2017 melalui embarkasi Boyolali, Jawa Tengah.

Adalagi Nono Siswanto, warga Tasikmalaya, Jawa Barat.

Penghasilannya Rp50 ribu per hari hasil mengayuh becak.

Dari perlahan-perlahan, ia mampu mengumpulkan Rp14 juta selama enam tahun.

Uang ini yang dikumpulkan untuk mendaftar haji bersama istrinya.

Nano berpesan, siapa yang ingin naik haji tidak hanya cukup niat saja.

Melainkan harus disertai dengan usaha serta ikhtiar yang kuat disertai doa kepada yang maha kuasa. (nyimawar)
Usia Penjual Dekati 1 Abad, Dagangan Bendera Diborong Rp 12 Juta

Usia Penjual Dekati 1 Abad, Dagangan Bendera Diborong Rp 12 Juta

nyimawar.blogspot.com - WAJAH pasangan suami istri, usia kakek nenek, lanjut usia ini sumringah.

Usianya hampir mendekati satu abad untuk sang kakek.

Dia bernama Salimin, usia 94 tahun.

Istrinya Ocih, 70 tahun.

Keduanya warga Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Mereka sementara harus hijrah ratusan kilometer ke Jalan Surapati, Bandung, Jawa Barat.

Mereka memanfaatkan "momentum" jelang HUT ke-72 Kemerdekaan RI.

Dengan berjualan bendera Merah Putih, termasuk "umbul-umbul" merah putih untuk momen 17 Agustus 2017.
Ilustrasi
Alhamdullilah dagangannya cepat laku.
Tanpa disangka ada yang memborong.

Terima puluhan juta, bendera dan lainnya habis.

"Alhamdullilah ini rejeki Emak sama Abah dari Allah. Hatur nuwun (terima kasih)," aku Ocih sambil mengusap wajahnya sebagaimana diberitakan detik.com (28/7/2017).

Yang memborong itu adalah Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi.

Alasannya, karena merasa kasihan terhadap mereka.

Sudah tua tapi masih bekerja.

Kasihan capek.

Jadi diborong semua, biar mereka bisa istirahat.

Kepala daerah itu dalam memborong bendera mengutus stafnya.

"Tadi Pak Bupati menugasi saya untuk menemui Pak Salimin dan Bu Ocih. Pak Bupati pun memborong semua bendera yang dijual kedua lansia itu, totalnya Rp 12 juta-an," kata Laman, utusan Bupati sebagaimana diberitakan di tribunjabar.com.

Adanya aksi borong bendera itu diharapkan membuat dua lansia bisa pulang dan hidup tenang di kampung halamannya.

Orang nomor satu di Purwakarta itu ingin agar keduanya dengan uang itu bisa beternak.

Untuk dibelikan kambing.

Kalau kambingnya beranak pinak, bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah.

Selain mereka, ada nenek usia senja yang berjualan bendera.

Dia adalah nenek Ponikem, berusia 77 tahun, yang berjualan bendera di Jalan Mayjen Suryotomo, Yogyakarta pada tahun 2015.

Dengan kakinya sedikit pincang, sisa kecelakaan motor pada 2012.

"Saya ndak mau ngerepoti anak-anak saya, cucu-cucu saya, cicit-ciciy saya. Saya masih bisa hidup sendiri," katanya saat itu sebagaimana diberitakan tribunnews.com (15/8/2015).

Meski berjualan, ia tidak lupa untuk menjalankan kewajibannya sebagai umat Islam.

Warga asal Wonosari, Gunung Kidul yang sempat berpindah ke Jalan Ledok, Ratmakan, Yogyakatya juga membuka kios rokok.

Untuk jualan bendera dimulai pukul 8 pagi sampai magrib. Setelah itu, ia salat magrib dan isyak.

Bukan istirahat yang ia pilih.

Tapi berjualan rokok sampai pukul 02.00 dini hari.

Ia berjualan bendera sudah sejak tahun 1986.

"Saya minta kesehatan dan kekuatan saja sama Gusti Allah, kalau tidak sehat dan tidak kuat, saya ndak bisa cari makan dan dak bisa ngasih ke cicit-cicit saya kalau main ke rumah," tuturnya.

Suami Ponikem memang sudah meninggal tahun 2009. Ia pilih bersendiri. (nyimawar)