![]() |
Ilustrasi (foto: postkotanews.com) |
Itu di mana? Itu berada di Malioboro, Yogyakarta. Pernikahan ini termasuk pernikahan massal, ada 8 pasangan yang menikah di sana, Selasa (26/9).
Itu dilakukan untuk memeriahkan kawasan Malioboro. Sebab, di hari Selasa Wage kemarin, tidak ada pedagang kaki lima (PKL) di sana. Ini merupakan kebijakan dari pemerintah setempat.
Bagaimana berlangsungnya pernikahan itu?
Mobil Damkar itu berjalan dari Balaikota Yogyakarta di Timoho dengan sirine berbunyi serta dikawal petugas. Mobil itu berhenti di halaman DPRD DIY.
"Ada 8 pasangan pengantin yang menikah. Usia paling muda 17 tahun, yang paling tua 52 tahun," kata panitia nikah, Ryan Budi Santoso.
Nikah massal tersebut disebut sebagai Nikah Bareng Pancasila Sakti dengan konsep wedding in nusantara dengan tema "Menyatukan Hati untuk IIahi dan NKRI".
Busana yang dikenakan dari berbagai daerah sebagai simbol Bhinneka Tunggal Ika.
"Yang fenomenal pada acara nikah bareng ini adalah mahar ijab qabul yaitu separangkat alat salat dan pengucapan teks Pancasila secara bersama di atas Mobil Damkar," tambahnya.
Acara itu juga dalam menyambut HUT Kota Yogyakarta ke-261 dan hari Kesaktian Pancasila, 5 Oktober.
"Pernikahan di atas mobil damkar ini pertama di Indonesia, bahkan di dunia," akunya.
PKL Malioboro Libur
Liburnya ini diberlakukan setiap Selasa Wage dan dimulai pada bulan September 2017. Ini diberlakukan PKL sepanjang Malioboro, mulai dari pintu KA Stasiun Tugu sampai Titik Nol Kilometer.
Liburnya ini dijadikan sebagai masa jeda atau istirahat tiap 35 hari sekali. Saat libur akan diisi kegiatan-kegiatang yang membuat suasana nyaman.
Sejarah Malioboro
Keberadaan Malioboro sering dikaitkan dengan Gunung Merapi, Kraton dan Pantai Selatan.
Malioboro bermakna karangan bunga. Kata Malioboro juga berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama Marlborough yang pernah tinggal di sana pada 1811 - 1816.
Awalnya Jalan Malioboro ditata sebagai sumbu imaginer antara Pantai Selatan (Pantai Parangkusumo) - Kraton Yogya - Gunung Merapi.
Malioboro mulai ramai pada era kolonial 1790 saat pemerintah Belanda membangun benteng Vredeburg pada tahun 1790 di ujung selatan jalan ini.
Selain membangun benteng, Belanda juga membangun Dutch Club tahun 1822, The Dutch Governor’s Residence tahun 1830, Java Bank dan Kantor Pos tak lama setelahnya.
Setelah itu Malioboro berkembang kian pesat karena perdaganagan antara orang belanda dengan pedagang Tiong Hoa.
Tahun 1887 Jalan Malioboro dibagi menjadi dua dengan didirikannya tempat pemberhentian kereta api yang kini bernama Stasiun Tugu Yogya.
Jalan Malioboro juga memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Di sisi selatan Jalan Malioboro pernah terjadi pertempuran sengit antara pejuang tanah air melawan pasukan kolonial Belanda yang ingin menduduki Yogya.
Pertempuran itu kemudian dikenal dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 yakni keberhasilan pasukan merah putih menduduki Yogya selama enam jam dan membuktikan kepada dunia bahwa angkatan perang Indonesia tetap ada. (*)
(sumber: detik.com, okezone.com)